Menjadi sosok baik sesaat di bulan yang penuh rahmat

“Menjadi sosok baik sesaat di bulan yang penuh rahmat”

(Please, hindarilah sobat!)






Kilauan keagungan Ramadhan sepertinya bukan sebuah hal yang asing lagi bagi para pemeluk agama kita. Mulai dari al-Qur’an, hadist nabi hingga aneka ragam turats kitab kuning dan buku keagama’an menghidangkan fadilah-fadilah bulan suci yang satu ini. Diera digital yang begitu kental, gelora semangat meyambut peringatan Ramadhan membanjiri media dimana-mana. Facebook, Instagram, Youtube lengkap semuanya ada.
Bila kita bertanya pada masyarakat -yang awam sekalipun- seputar bulan penuh berkah ini, tampaknya bukan hal yang tabu lagi bagi mereka menjawab “Ramadhan adalah bulan yang agung dan mulia, Ramadan adalah bulan yang diwajibkan berpuasa selama satu bulan, Ramadhan adalah bulan berlipat gandanya pahala”. Bahkan bisa lebih dari ungkapan-ungkapan mulia tersebut.
Secara responsif animo masyarakan dalam menyambut -hingga tiba bulan suci- Ramadhan memang patut ‘diacungi jempol’. Masjid dan musolla-musolla yang awalnya tampak usang dan sunyi, setiap saat terlihat ramai dengan lantunan-lantunan kalam ilahi.
Para kaum ber‘uang’ yang awalnya bisa terbilang minim -atau bahkan tidak pernah- berderma terhadap sesama, datangnya bulan suci Ramadhan seolah menjadi magnet besar bagi mereka untuk lebih berbagi dalam syiar-syiar Islam, santuan anak yatim, bagi-bagi takjil gratis dan ragam tindakan terpuji lainnya.
Dari pihak aparat tak ingin kalah dengan kaum personal, penertiban pemandangan yang dianggap kurang pantas dalam nuansa Ramadhan serentak dilakukan. Mulai dari larangan pedagang makanan berjualan disiang hari, menutup hiburan malam, sampai pemeriksaan terhadap obat-obat terlarang semakin diperketat demi memuliakan bulan ditunkannya Al-Quran ini.
Kaum selebritis pun yang acap kali kita saksikan di berbegai media dengan busana seksi dan seolah tak kenal kata “aurat”, dengan datangnya bulan mulia ini, tak sedikit dari mereka tampak dengan busana menutut aurat, (walau dengan kerudung setengah rambut terlihat).
Melihat semua transformasi positif tersebut, umat Islam manakah yang tidak membangga?. Namun ungkapan “Sayang seribu sayang” harus kita sematkan untuk sebagian kalangan saat Ramadhan mulai surut. Tren kemulian dan tindakan-tindakan positif saat Ramadhan hilang seiring habisnya jatah bulan penuh berkah ini. Masjid dan musolla-musolla rupanya harus kembali ke pemandangan sediakala. Kaum duafa bertanya-tanya “Haruskan kita menunggu Ramadhan mendatang untuk memperoleh santunan?”.
Disadari atau tidak, sebagian masyarakat muslim -mungkin juga salah satu kita- menjadikan bulan suci Ramadhan sebagai ladang pencarian poin pahala lebih dari pada bulan-bulan yang lain (ya, ng ga’?). Semangat membuka lembaran kalam ilahi dan anekaragam tindakan terpuji tampak berkurang saat bulan suci ini meninggalkan pergi. Pertanyaan “mengapa tidak sedekah sekarang?” tak jarang respon spontan datang “nunggu Ramadhan aja, agar pahalanya dilipatgandakan”.
Kita bisa jumpai peringatan dari ulama’ terhadap umat Islam yang hanya ‘terpuji’ saat hanya Ramadhan menghampiri. Salah satu pemuka ulama’ sunni, Ibnu Rajab Al-Hambali menyampaikan dalam salah satu karyanya bahwa “Salah satu indikasi ibadah puasa Ramadhan seseorang diterima disisi Allah SWT adalah bagaimana dia bisa mempertahankan dan menjalankan dengan istiqomah rutinitas-rutinitas positif selama bulan suci berlangsung dan momentum setelah usainya bulan suci”. (Latoitul Maarif fima limawasimul am minal wadaif).
So, kalau kita boleh ibaratkan bahwa Ramadhan bak ladang subur untuk menanam ribuan benih kebaikan untuk kita nikmati buahnya dikesempatan medantang. “Tidurnya orang yang berpuasa bernilai ibadah, diamnya setara dengan bertasbih, doanya dikabulkan dan pahala amalannya dilipatgandakan” demikian salah satu sabda baginda Nabi seputar kemulia'an bulan suci ini.
Tetapi sekali lagi, yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana perbuatan-perbuatan terpuji tersebut tidak hanya hinggap saat Ramadhan datang, namun bagaimana kita bisa mempertahankan -atau bahkan meningkatkan- setelah Ramadhan terbenam”.
Tak terasa beberapa jam lagi jatah bulan Sya’ban akan tiada, lalu bulan paling mulia akan mengiringi sebagai gantinya. Mari dipenghujung bulan ini kita perbayak muhasabah dan instropeksi diri. Sucikan niat, bulatkan tekat untuk menyambut datangnya bulan paling special sesaat lagi.
Ahlan wa sahlan Ramadhan.
Semoga ibadah dan doa-doa kita diterima disisi-Nya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak