Bismillah
Manusia memang sangat sulit dimengerti hakikatnya. Banyak pakar mendefinisikan manusia namun tidak utuh menjelaskan hakikat manusia. Mereka benar dalam mewakili sebagian definisi manusia. Sebagian mengenal manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab. Sebagian lagi mengenal manusia sebagai mahluk yang berfikir. Disini penulis memandang manusia sebagai mahluk yang mulia. Sebagaimana firman tuhan dalam surah At-Tin
“ sesungguhnya Kami ciptakan manusia dengan bentuk paling baik”
Manusia diciptakan dengan bentuk paling baik menandakan ia termulia diantara mahluk lain. Namun meski ia termulia manusia juga tidak dapat terlepas bahwa ia mahluk yang hina. Sebab kita renungi saja, bagian manakah yang keluar dari bagian tubuh manusia yang disukai oleh manusia lain? Dari mata ia keluarkan kotoran dari mulut ia keluarkan ludah dari kulit ia keluarkan darah dan nanah, manakah dari banyak anggota tubuh manusia yang dianggat tidak menjijikan? Semua menjijikan. Bukan hanya itu manusiapun tercipta dari salah satu yang dikeluarkan anggota tubuh dan terlahir dari anggota tubuh yang terhina.
Sebagaimana pun hina manusia ia tetaplah mahluk yang mulia, setidaknya bagi dirinya sendiri. Tak jarang kan kita lihat orang mencari kotoran kuku kaki lalu menciumnya sendiri. Bukankah kotoron kaki itu menjijikan namun mengapa ia cium sendiri? Itu karena mereka menganggap kotoran kaki itu berharga, bahkan tak mudah untuk didapat, sehingga untuk mengahargai jerih payahnya diciumlah kotoran kaki tersebut. Berarti kotoran kaki itu mulia.
Memanglah apa yang dikeluarkan oleh fisik manusia hampir keseluruhan dianggap menjijikan, kecuali manusia itu sendiri karena ia juga dikeluarkan dari anggota fisik manusia. Namun coba kita cermati ulang, sesuatu yang dikeluarkan dari non fisik manusia befitu berharga menurut orang lain, seperti buah pemikiran, usaha yang mengasilkan suatu prestasi dan sebagainya. Namun, sebagaimanpun manusia mulia tetaplah ia mahluk yang hina, meski seharusnya bagi dirinya sendiri. Buah pemikiran yang dianggap sebagai suatu hal yang menakjubkan bagi orang lain seharusnya ia menganggap sebagai suatu yang hina, sehingga ia dapat melupakan dan berkembang menjadi lebih baik lagi. Tapi, jika ia terbuai dengan pujian, menganggap berharga prestasinya, jadilah ia tidak akan melupakan prestasinya dan akhirnya ia tidak berkembang karena ia menganggap dirinya telah sempurna.
Anggaplah dirimu hina untuk menjadi yang termulia!
Ahhh lupakan...